Rabu, 11 April 2012

KEMATIAN YESUS KRISTUS ADALAH INTI DARI INJIL (Bagian Ketiga)


Mengapa kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri? Tidak cukup kah perbuatan baik dan amal saja?

Pertanyaan-pertanyaan di atas mewakili pertanyaan yang diajukan orang-orang yang menolak berita Injil.

Jawabnya adalah pesan kematian Yesus di kayu salib menusuk inti dosa manusia, yaitu kesombongan. Wow, inti dosa manusia adalah kesombongan? Ya dan saya akan menunjukkannya.

Kita kembali pada kitab Kejadian pasal 3, di mana ular sedang melancarkan rayuan mautnya terhadap si perempuan. Dalam ayat 4, si perempuan berkata bahwa kalau memakan buah tentang pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, maka akan mati. Ayat 5 ular membantah pernyataan si perempuan. Ular berkata bahwa “sekali-kali kamu tidak akan mati...” tetapi “...kamu akan menjadi seperti Elohim..”

Si perempuan termakan bujuk rayu ular. Ayat yang ke-6 menyatakan “perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.”

Saya menekankan pada kata-kata “pohon itu menarik hati karena memberi pengertian

Si perempuan dengan sadar (“menarik hati”) memilih untuk melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah tersebut. Ia memilih untuk keluar dari pemeliharaan Tuhan dan mengambil jalannya sendiri (“kamu akan menjadi seperti Elohim”; “...karena memberi pengertian...”).

Hal pertama yang mereka lakukan setelah melakukan pelanggaran adalah “menyemat daun ara dan membuat cawat”. Inilah hasil dari “buah pengertian” yang mereka makan. Mereka mencoba untuk menyelamatkan diri mereka dengan mengusahakannya sendiri. Bukankah hal ini sangat mirip dengan sikap yang ditunjukkan dengan orang-orang yang menolak berita Injil di setiap abad dan tempat? Bahwa mereka sanggup menyelamatkan diri mereka sendiri. Menganggap bahwa diri mereka bisa menggantikan Tuhan dan menjadi pemimpin atas diri mereka sendiri. Inilah kesombongan yang mula-mula hinggap di dalam benak malaikat-malaikat yang jatuh. Intinya tetap sama tetapi menggunakan kemasan yang berbeda. (Baca buku C.S. Lewis yang berjudul Mere Christianity untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap dari dosa kesombongan)

Jadi pemikiran mengenai bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri melalui perbuatan baik atau amal atau apapun bentuknya itu hanyalah untuk “menenangkan mereka dan untuk sementara waktu membantu menenangkan kegelisahan dan kekosongan di dalam diri karena mereka terpisah dari Penciptanya” (Supremasi Kristus, Ajith Fernando, Penerbit Momentum).

 “Tuhan akan mengampuni saya karena itu adalah tugasNya!” protes Heinrich Heine, kritikus kristen kenamaan.

Bagi manusia pengampunan itu memang hanya sebuah tugas sederhana, tetapi bagi Tuhan itu adalah masalah yang sangat besar (Carnegie Simpson, The Fact of Christ, 1900).

Mengapa pengampunan bagi Tuhan adalah masalah yang besar?

John Stott menjawab pertanyaan ini dengan sebuah pertanyaan dilematis.

Jadi bagaimana Tuhan menghukum dosa manusia (sebagaimana Ia adalah adil) tanpa bertentangan dengan kasihNya? Atau bagaimana Tuhan mengampuni dosa manusia (sebagaimana Ia adalah adil) tanpa berkompromi dengan keadilanNya? Bagaimana Ia harus menghadapi manusia yang jahat, namun Ia tetap menjadi Tuhan yang sejati dan penuh kasih yang suci? Bagaimana Ia dapat bertindak sekaligus menunjukkan kekudusan dan kasihNya?

Inilah masalah besar yang dihadapi Tuhan ketika berurusan dengan manusia.

Satu-satunya jalan yang dilakukan Tuhan untuk menunjukkan keadilan dan kasihNya adalah mengutus Putra TunggalNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16) untuk mati di kayu salib.


Mengapa Yesus mati menggantikan kita? Bukankah kita harus menanggung dosa-dosa kita sendiri?

Sobat, hal pertama yang dilakukan oleh Adam dan Hawa setelah kejatuhan adalah menyemat daun ara dan membuat cawat (ini adalah perlambang segala usaha dan kerja manusia untuk dibenarkan di hadapan Tuhan). Tetapi apakah usaha itu berhasil? Tidak. Adam dan Hawa bersembunyi di balik pohon-pohon dalam taman ketika tahu bahwa Tuhan datang. Usaha yang mereka lakukan tidak berhasil, rasa bersalah tetap ada dalam nurani mereka.

Alkitab menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Elohim” (Roma 3:23) dan “...segala kecenderungan hatinya (manusia) selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:5). Di hadapan Tuhan segala “..... kesalehanku seperti kain kotor” (Yesaya 64:6). Jadi tidak mungkin perbuatan baik atau usaha-usaha relijius dapat menggapai Tuhan. Memang Tuhan adalah Kasih, tetapi kasihNya bukanlah kasih yang sentimentil. KasihNya adalah kasih yang Kudus.

Tuhan lah yang akhirnya berisinisiatif menolong mereka (Adam dan Hawa). “dan TUHAN Elohim membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu mengenakannya pada mereka” - Kejadian 3:21. Hanya Tuhan lah yang sanggup menolong manusia dari maut.

Di kayu salib lah kematian Yesus mempertemukan keadilan (hukuman manusia ditanggungkan kepada Yesus) dan kasih Elohim (Elohim mengurbankan AnakNya yang tunggal bagi keselamatan manusia). Kematian Yesus menggenapi nubuatan pemazmur dalam Perjanjian Lama : "Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." - Mazmur 85:11

Inilah berita utama Injil yang telah disampaikan oleh Elohim dari permulaan masa (Kejadian 3:21) melalui para nabi, Yesus Kristus yang adalah Sang Putra Elohim, para rasul dan orang-orang kudus lainnya di seluruh abad dan tempat.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Selesai

*NYOK


Buku-buku yang direkomendasikan untuk dibaca mengenai topik ini :
  1. Why I am A Christian, John Stott. Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Pionir Jaya;
  2. Supremasi Kristus, Ajith Fernando Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Momentum;
  3. Jeritan dari Salib, Erwin Lutzer Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Gospel Press;
  4. Mere Christianity (Kekristenan Asali), C.S. Lewis Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Pionir Jaya;
  5. This We Believe, pada bab 2 yang berjudul "Melakukannya dengan caraku : "Apakah Aku dilahirkan untuk memberontak?" oleh J.I. Packer; dan bab 4 yang berjudul "Apakah Aku tidak cukup baik? Mengapa Yesus harus mati karena dosa-dosaku?" oleh Scott Hafemann

Tidak ada komentar:

Posting Komentar