Selasa, 27 Desember 2011

Bukan Natal Yang Saya Kenal (Bagian terakhir)


Dalam tulisan saya sebelumnya, peristiwa kelahiran Yesus memberikan gambaran Elohim yang berbeda dengan ilah-ilah yang disembah kebanyakan manusia pada masa itu. Pertama, Elohim yang rendah hati dan kedua, Elohim yang bisa didekati. Sangat jelas dua gambaran Elohim itu bukanlah gambaran yang dibayangkan manusia selama ini tentang Yang Mahakuasa. Ada dua gambaran yang lain lagi yang ditampilkan Elohim melalui kelahiran Yesus Kristus.

Kesederhanaan.

Kata ini sebenarnya adalah kata yang tidak pantas saya tuliskan untuk menggambarkan Elohim, Sang Pencipta Alam Semesta. Tapi kelahiran Yesus Kristus mau tidak mau memberikan gambaran kepada saya bahwa walaupun kebanyakan manusia melihat kuasa dan kekayaan sebagai tolok ukur, tetapi Elohim lebih menyukai mereka yang hidup sangat sederhana.

Dalam Injil Lukas, Maria menyanyikan pujian bagi Elohim atas kehamilan ajaib dirinya. Tetapi satu tahun kemudian, ia dan Yusuf beserta bayi mereka, Yesus, harus mengungsi ke Mesir menghindari tangan jahat Herodes atas bayi mereka. Bagi orang Yahudi, Mesir adalah pengalaman buruk mereka. Selama 400 tahun, nenek moyang mereka mengalami perbudakan. Tetapi di Mesir pula lah, Elohim menunjukkan kekuasaanNya. Ia memporak-porandakan Mesir melalui serangkaian tulah mematikan dan diakhiri dengan gugurnya prajurit-prajurit terbaik Mesir di laut Merah. Elohim Abraham, Ishak dan Yakub mengantarkan bangsa Yahudi ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan kepada leluhur mereka, Abraham. Sekarang Maria harus melarikan diri ke Mesir, bersembunyi di negara yang dulu diporakporandakan oleh Elohim. Apakah sang Bayi bisa memenuhi harapan besar bangsaNya? Dimanakah kegagahan Maria ketika menyanyikan pujian bagi Elohim setahun sebelumnya?

Pada malam kelahiran Yesus, kita diberitahu bahwa tiga orang Majusi yang datang dari timur (kemungkinan besar di wilayah Babilonia atau Irak sekarang) untuk mengunjungi Yesus. Orang Majusi adalah orang-orang intelektual pada masa itu. Salah satu keahlian mereka adalah mereka pandai dalam telaah perbintangan atau astronomi. Ribuan tahun sebelumnya, bangsa Yahudi pernah mengalami pembuangan ke tanah Babel. Saya yakin 3 orang Majusi ini pernah membaca kitab-kitab nabi Yahudi dan pastinya mereka membaca berbagai nubuatan mengenai Mesias yang menyelamatkan bangsa Israel dan memimpin dunia. Melalui informasi dari kitab-kitab nabi Yahudi dan telaah perbintangan mereka dapat menghitung kelahiran Mesias dan di mana Mesias akan dilahirkan. Berbekal informasi tersebut, mereka meninggalkan negaranya untuk pergi melihat langsung Mesias tersebut.

Saya membayangkan bahwa Elohim pasti turut andil untuk membantu 3 orang Majusi tersebut. Bagi bangsa Yahudi, 3 Majusi tersebut adalah bangsa kafir dan tentunya najis. Tetapi Elohim menuntun mereka melihat bayi Mesias. Bahkan, 3 orang kafir dan najis ini melindungi sang bayi Yesus dengan membangkang perintah Herodes untuk memberitahukan di mana sang Mesias tersebut berada. 3 orang Majusi memilih jalur lain untuk pulang ke negaranya. Mereka memihak Yesus melawan otoritas penguasa.

Pada masa pelayananNya, Yesus sering berkonfrontasi dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia tidak segan menyebut mereka keturunan ular beludak, keturunan pembunuh nabi-nabi. Tetapi Yesus mudah sekali tergerak hatinya melihat penderitaan orang-orang kecil. Ia tidak ragu untuk duduk mengajar di antara orang-orang najis. Bahkan di antara kedua belas muridNya ada pemungut cukai (Lewi), pemberontak (Simon orang Zelot. Zelot adalah salah satu organisasi yang menentang Romawi dengan cara mengangkat senjata) dan skeptis (Thomas).  Ia tidak ragu meninggikan derajat orang Samaria yang dianggap najis oleh bangsa Yahudi dalam sebuah perumpamaan. Ia bahkan menyembuhkan hamba seorang perwira Romawi, bangsa yang menjajah bangsaNya sendiri. Dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius, kita mendapati tiga wanita bangsa kafir ada dalam silsilah tersebut. Tiga wanita tersebut adalah Tamar, Rahab dan Batseba.

Elohim Yang Maha Kuasa memilih sendiri di mana Ia akan lahir dan pilihanNya tersebut sangatlah jauh dari kemuliaan. Ia bisa lahir di keluarga kerajaan. Tetapi Ia memilih lahir dari sebuah keluarga yang sederhana. Ia meninggalkan kekuasaan dan kemuliaanNya demi umatNya. Ia lahir dalam kesederhanaan dan mati dalam kerendahan.

Berani.

Malam kelahiran Mesias di Betlehem membutuhkan keberanian yang luar biasa. Saya bertanya-tanya dalam hati, apa perasaan Bapa melihat Putra yang dikasihiNya lahir penuh darah untuk menghadapi dunia yang kejam dan dingin. Dibutuhkan keberanian bagi Elohim untuk melepaskan kuasa dan kemuliaanNya, lalu mengambil tempat di antara manusia yang menyambutNya dalam keraguan dan keangkuhan. Dibutuhkan keberanian lebih besar lagi untuk mengambil resiko turun ke planet yang berisi manusia-manusia yang brutal dan bebal, lahir dan besar di antara bangsa yang terkenal karena menolak dan membunuh nabi-nabi Tuhan. Saya berpikir ini adalah kenekatan luar biasa yang pernah dilakukan Elohim.

G.K. Chesterton dengan tepat menyatakan,”Sendirian di antara pengakuan iman, kekristenan telah menambahkan keberanian pada sifat-sifat Elohim.” Keberanian yang yang dimulai pada malam pertama Yesus dilahirkan dan tidak berakhir sampai pada peristiwa di bukit Golgota.

Sebuah sudut pandang lain.

Kitab Wahyu 12 menggambarkan peristiwa kelahiran Yesus dengan sudut pandang yang lebih dahsyat. Wahyu 12 menggambarkan Naga memimpin pertempuran besar di surga. Sementara itu, seorang wanita berpakaian matahari dan memakai mahkota 12 bintang menjerit kesakitan saat akan melahirkan. Tiba-tiba Naga menghadang dan bernafsu menelan Anak dari wanita tersebut. Pada saat-saat terakhir, si Anak direbut dan diselamatkan ke tempat yang aman. Perang penghabisan di alam semesta pun dimulai.

John Milton menggambarkan peristiwa ini dalam karya monumentalnya, Paradise Lost and Paradise Regained. Ia menjadikan surga dan neraka menjadi fokus utama, sementara bumi menjadi arena pertempuran antara pasukan Surga dengan pasukan Neraka. Kelahiran Yesus adalah tanda Penyerangan Besar dimulai, sebuah serangan penyusupan berani yang dilakukan Penguasa Kebenaran ke dalam tahta kejahatan.

Sebagai seorang Kristen, saya percaya bahwa kita hidup dalam dunia paralel. Dunia lain yang terdiri dari malaikat dan kekuatan jahat. Pada suatu malam di sebuah tempat di Betlehem, di sebuh kandang, kedua dunia ini menyatu dalam titik persimpangan yang dramatis. Elohim yang tidak mengenal awal dan akhir, memasuki ruang dan waktu. Elohim yang tidak kenal dengan batasan, masuk dalam tubuh daging yang amat terbatas. Yang Maha Kuasa menjadi sama dengan manusia.

Sebuah perenungan.

Bagi saya kisah Yesus, mulai dari kelahiran hingga kematian dan juga kebangkitanNya adalah kisah yang sangat luar biasa. Tetapi apakah kita sudah mendapat dengan benar apa makna dari kelahiran Yesus itu sendiri?

Dari empat tulisan yang sudah saya sampaikan ternyata kita belum memahami makna Natal sesungguhnya. Bertahun-tahun kita terjebak pada pola pemikiran Natal yang diisi dengan perayaan pesta yang meriah. Hanya berfokus pada pemuasan lahiriah kita. Padahal makna Natal adalah jauh lebih mulia dari hal-hal tersebut. Natal adalah peringatan bahwa Yang Maha Kuasa yang rendah hati dengan penuh keberanian hadir dalam dunia ini dalam kesederhanaan dan kasih. Natal adalah peringatan bahwa Elohim sendiri yang mendatangi manusia yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari kutuk dosa. Natal adalah bukti cinta gila Elohim kepada manusia. Ya, Ia seperti Bapa yang mempermalukan dirinya dengan berlari menyambut anaknya yang hilang dan sudah mengecewakan hatinya.

Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. (Wahyu 3:20-21)

SELAMAT NATAL 2011

TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA

MARANATHA!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar