Sabtu, 17 Desember 2011

Bukan Natal Yang Saya Kenal (Bagian Kedua)


Seperti yang telah saya jelaskan dalam bagian pertama tulisan saya. Alam pikiran kita tentang perayaan natal terbentuk melalui sebuah konsep perayaan yang damai, manis dan hangat. Natal adalah perayaan yang penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan. "Perayaan natal saat ini sangat jauh dari aroma skandal" tulis Yancey. Kita bahkan mungkin lupa bahwa kelahiran di kandang di kota Betlehem kelak akan sampai pada episode klimaks yang tragis di Golgota.

Dalam Injil Lukas, Simeon, seorang yang saleh dan benar di hadapan Tuhan, dengan jelas dapat melihat maksud Tuhan melalui kelahiran Yesus. "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan.” Simeon mendahului nubuatannya dengan sebuah perkataan yang indah dan penuh pengharapan, tetapi kalimat terakhir dari nubuatan tersebut jelas menunjukkan bahwa tidak akan lama lagi akan terjadi konflik besar dalam kehidupan Yesus. Sebuah kekuatan baru telah datang untuk meruntuhkan kekuasaan dunia.

Saya suka dengan penggambaran C.S. Lewis dalam Mere Christianity tentang kelahiran Yesus (saya sarankan kepada anda yang ingin mempelajari iman Kristen yang disajikan dalam bentuk ilmiah agar membeli dan membaca buku terkenal tsb) . Lewis menulis, “Kekristenan adalah kisah tentang bagaimana sang Raja yang benar telah turun ke dalam dunia, Anda bisa mengatakan bahwa Ia telah turun dalam penyamaran, dan sedang memanggil kita semua untuk mengambil bagian dalam kampanye besar sabotase.”

Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Augustus. Nama aslinya adalah Octavius. Ia adalah keponakan Julius Caesar, orang yang membangkitkan kembali pemerintahan monarki tetapi pada akhirnya mati terbunuh dalam sebuah plot. Pada mulanya banyak yang meragukan akan kemampuan Octavius. Tetapi dengan cerdik ia membangun aliansi dengan Markus Antonius. Aliansi ini berhasil memburu dan menghancurkan kelompok yang mendalangi pembunuhan Caesar. Imperium Romawi terbagi dua, Octavius memerintah Roma dan Eropa, Markus Antonius memerintah jajahan Roma di asia, dengan mengambil kedudukan di Mesir. Segera kemudian timbul perselisihan di antara mereka. Cleopatra, Ratu jelita Mesir memanfaatkan hal tersebut dan berhasil membujuk Markus Antonius untuk melawan Octavius. Peperangan besar pun terjadi. Tetapi armada Roma di bawah pimpinan Octavius berhasil mengalahkan Markus Antonius. Cleopatra dan Markus Antonius pun memilih bunuh diri. Octavius pun menguasa dunia dan diangkat sebagai kaisar Romawi dengan nama baru Augustus Caesar.

Pemerintahan Augustus dijalankan dengan cerdik yang membuat roda pemerintahan pun berjalan dengan stabil. Kekaisaran mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa Augustus adalah dewa dan melaksanakan ritual penyembahan. Harapan masyarakat dunia akan pemerintahan yang damai dan stabil tampaknya akan segera tercapai. Uniknya, kata gospel sendiri sebenarnya adalah kampanye pemerintahan Augustus. Pemerintahan yang diharapkan akan berlangsung abadi. Inilah gospel atau kabar baik menurut versi Augustus Caesar.

Tepat pada masa inilah, di sebuah sudut terpencil dan kumuh dalam kekaisaran Augustus, lahirlah seorang bayi yang bernama Yesus. Para pencatat sejarah melewatkan peristiwa ini. Kita hanya mengetahuinya dari empat kitab Injil yang ditulis puluhan tahun setelah kenaikanNya ke Surga. Para penulis keempat Injil meminjam kata gospel untuk memberitakan sebuah pemerintahan dunia baru yang berbeda dengan pemerintahan dunia. Para penulis biografi mula-mula Yesus ini menyebut Augustus hanya sebagai referensi untuk menyatakan tanggal sensus yang memastikan Yesus lahir di Betlehem. Kenapa harus Betlehem? Karena nubuatan nabi-lah yang menyebutkan bahwa Mesias akan lahir di kota Daud, Betlehem (Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. ~Mikha 5:1)

Kembali kepada tujuan penulisan artikel ini, bahwa kita mewarisi tradisi natal seperti yang telah saya sebutkan pada tulisan saya sebelumnya. Sebuah natal yang damai dan hangat. Dalam Injil kita akan melihat kontradiksi dari tradisi yang selama ini kita pegang.

Dalam tulisan terdahulu, saya menuliskan bahwa kehamilan Maria adalah kehamilan yang tidak wajar dalam komunitas Yahudi. Maria belum mempunyai suami sah. Ia hanya baru bertunangan dengan Yusuf. Bahkan Yusuf pun ingin memutuskan pertunangan tersebut tetapi akhirnya tidak jadi karena malaikat Tuhan mendatangi Yusuf dalam mimpi untuk menjelaskan kehamilan Maria. Maria sendiri akhirnya harus “hijrah” ke rumah salah satu familinya di sebuah kota di Yehuda, rumah Zakharia dan Elizabeth yang ternyata baru saja mengalami mukjizat besar. Mukjizat yang dialami oleh Elizabeth membawa berkat dan kehormatan bagi keluarganya, sedangkan Maria harus menutup rapat-rapat mukjizat yang dialaminya. Hal ini terus berlanjut dalam kisah hidup Yesus sendiri. Yesus banyak melakukan mukjizat di mana orang-orang yang mendapat mukjizat tersebut memperoleh kesembuhan fisik dan pengampunan, tetapi Ia sendiri dituduh melakukan penipuan, praktek sihir, pelanggaran hukum Taurat, bahkan dituduh melakukan kerjasama dengan iblis untuk melakukan mukjizat-mukjizat tersebut. Dalam hukum Yahudi, tuduhan-tuduhan itu cukup untuk membuat Yesus mendapat vonis dirajam hingga mati. Kita dapat melihat bahwa tradisi Natal yang kudus dan suci yang selama ini kita ketahui ternyata tidak dialami oleh Maria, Yusuf dan tentu saja Yesus yang masih dalam rahim Maria. Janin Yesus yang sejatinya dikandung melalui Roh Kudus adalah sebuah skandal kesucian bagi komunitasnya.

Menjadi pelarian dan pengungsi!

Dalam Injil Lukas pasal 2:1, Kaisar Agustus memerintahkan untuk melakukan pendaftaran seluruh orang di wilayah kekuasaan Romawi, dalam hal ini termasuk wilayah bangsa Israel. Mengenai sensus ini, bangsa Israel punya pengalaman pahit. Hal ini terjadi pada masa akhir kekuasaan Daud sebagai Raja Israel (2 Samuel 24:1-17) . Ketika itu, Daud mengadakan sensus bagi seluruh rakyat kerajaan Israel. Tetapi akhirnya Daud sadar bahwa apa yang ia lakukan salah. Firman Tuhan datang melalui nabi Gad, pelihat Daud. Tuhan memberikan tiga pilihan kepada Daud. Raja Israel itu pun memilih untuk menyandarkan sepenuhnya kepada pilihan Tuhan. Maka Tuhan mendatangkan penyakit sampar kepada seluruh orang Israel dan tewaslah sekitar 70 ribu orang Israel. Pengalaman masa lalu yang pahit ini membuat orang Israel semakin membenci penguasa Romawi yang mengeluarkan kebijakan sensus.

Maklumat sensus ini membuat orang-orang Israel harus kembali ke tempat kelahiran mereka. Yusuf pun kembali ke tanah leluhurnya di Betlehem bersama Maria dan Yesus yang ada dalam rahim Maria. Bukan perjalanan yang mudah tentunya bagi Yusuf dan Maria yang saat itu sedang hamil besar. Sebuah film yang berjudul Nativity Story dengan jelas menggambarkan perjalanan Yusuf dan Maria ke Betlehem adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah. Jarak antara Nazaret dan Betlehem sangat jauh. Yusuf dan Maria harus melewati jalanan yang tidak ramah. Kondisi jalanan saat itu tidak seperti sekarang. Rute Nazaret menuju Betlehem adalah rute yang berbahaya. Perbukitan bebatuan, gerombolan pemberontak Yahudi dan perampok berkeliaran di rute jalan tersebut. Tetapi Injil menceritakan bahwa Yusuf dan Maria sampai juga di Betlehem. Maria pun tiba pada masa untuk melahirkan. Yusuf pun mencari tempat penginapan tetapi tidak berhasil. Akhirnya hanyalah sebuah kandang yang tersedia sebagai tempat Maria untuk melahirkan. Sang Bayi yang baru dilahirkan hanyalah diletakkan dalam sebuah palungan, tempat menaruh jerami untuk makanan hewan. Sang Penguasa Alam Semesta, pencipta langit dan bumi, terbaring dalam sebuah tempat yang jauh dari kata layak. Saya membayangkan dan jujur saja, saya merinding untuk membayangkannya, bahwa Sang Penguasa tersebut bahkan harus bersusah payah untuk belajar menggunakan paru-parunya untuk bernapas.

Sementara itu di Yerusalem, Raja Herodes Agung kedatangan tiga orang Majus dari timur. Orang-orang Majus itu bermaksud untuk datang menyembah raja Yahudi yang baru lahir. Herodes dan seluruh pegawai istananya terkejut. Siapa raja Yahudi yang baru dilahirkan tersebut? Herodes mengumpulkan para imam dan ahli Taurat dan menanyakan di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka menyampaikan sebuah nubuatan dalam kitab Mikha yang menyatakan bahwa Mesias akan dilahirkan di kota Daud, Betlehem. Maka pergilah tiga orang Majus itu ke Betlehem. Sementara itu, Herodes yang khawatir akan nubuatan itu memerintahkan kepala pasukannya untuk melakukan tugas penting. Herodes demi mengamankan kekuasaannya dan stabilitas kerajaan memilih untuk membunuh bayi-bayi di Betlehem. Peran yang pernah dilakukan oleh Firaun kembali dilakukan oleh Herodes ribuan tahun kemudian.

Malaikat Tuhan mendatangi Yusuf dalam mimpi menyuruhnya untuk segera menyingkir dari Betlehem menuju Mesir. Garry Wills dalam bukunya yang berjudul What Jesus Meant, menuliskan : “Lengkaplah kehidupan (Yesus) yang tercerabut dari keadaan dan lingkungan normal. Yesus tidak hanya lahir sebagai orang yang tertindas, diusir dari kota tempat tinggal orangtua-Nya dan tidak diterima di penginapan umum, sekarang sosok yang tertindas, yang tidak memiliki rumah, yang tidak diterima itu pun harus menjadi buronan, terusir semakin jauh dari sanak keluarga, kenyamanan, ke pembuangan yang mengingatkan kembali akan penjajahan dan pengembaraan bangsa Yahudi.” Phillip Yancey menyatakan, “Yesus Kristus memasuki dunia di tengah pergolakan dan teror, dan menghabiskan masa bayi-Nya dengan bersembunyi di Mesir sebagai pengungsi.” Bertahun-tahun kemudian ketika Yesus dalam pelayanannya dalam dunia mengatakan, Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya” (Luk. 9:58).

Malam kelahiran Yesus bukanlah malam yang damai dan hangat. Pada malam itu, “Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.” (Yeremia 31:15)

~ bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar