Sabtu, 31 Januari 2009

Red Cliff Part 3

Mengambil 100 ribu Panah

Sementara itu, di markas pasukan Wu, Zhou Yu beserta para staf militernya termasuk Zhuge Liang sedang mengadakan rapat untuk memformulasikan strategi umum melawan Cao. Sejak awal persekutuan Wu dan Shu tidaklah berjalan mulus. Zhou Yu adalah jenderal muda yang tampan, elegan dan berbakat. Tetapi ia merasakan bahwa Zhuge Liang memiliki kemampuan hebat daripada dirinya. Ia merasa tidak aman dan meyakini bahwa suatu saat nanti, ia akan berseberangan dengan Zhuge Liang. Zhou Yu beberapa kali ingin membunuh Zhuge Liang, tetapi Lu Shu berhasil mencegah Zhou Yu. Lu Shu berpendapat bahwa Zhuge Liang dapat dibunuh ketika peperangan melawan Cao selesai. Saat ini tenaga Zhuge Liang sangatlah dibutuhkan.

Suatu ketika, Lu Shu datang berkunjung ke kemah Zhuge Liang. Liang menyambutnya dengan ucapan selamat kepada Zhou Yu atas kesuksesannya membunuh Cai Mao dan Zhang Yun. Lu Shu terkejut atas pernyataan Zhuge Liang. “Zhou Yu hanya dapat membodohi Jiang Gan,” kata Liang. “Cao akan segera menyadari kesalahannya meskipun ia tidak akan mengakuinya. Harap anda tidak memberitahukan hal ini kepada Zhou Yu. Saya tahu perasaan Zhou terhadap saya.” Lu Shu kagum akan kepintaran Zhuge Liang dalam membaca siasat Zhou Yu untuk melenyapkan Cai mao dan Zhang Yun. Ia berjanji tidak akan memberitahukan hal ini kepada Zhou Yu. Tetapi kenyataannya tidak, begitu bertemu dengan Zhou Yu, Lu memberitahukan apa yang telah dikatakan oleh Zhuge Liang. Zhou Yu merasa terganggu akan hal tersebut. Ia pun berusaha mencari cara untuk menghukum Zhuge Liang.

Keesokan harinya, Zhuge Liang diundang untuk membicarakan masalah strategi melawan Cao.
“Senjata apa yang sangat penting untuk pertarungan di air?” tanya Zhou Yu kepada Zhuge.
“Panah adalah yang terbaik.” Jawab Zhuge.
“Anda benar. Tetapi persediaan anak panah akan segera habis. Dapatkah anda membantu kami untuk mendapatkan anak panah? Kami membutuhkan sekitar 100 ribu anak panah untuk pertempuran berikutnya. Saya sangat berharap anda tidak menolak permohonan ini.”
“Saya pasti akan melakukan yang terbaik.” Kata Zhuge. “Kapan anda mebutuhkan anak-anak panah tersebut?”
“Dapatkan anda menyediakannya dalam waktu sepuluh hari?”
“Musuh dapat datang sewaktu-waktu. Sepuluh hari terlalu lama. Saya akan menyediakan dalam waktu tiga hari.”
“Dalam keadaan seperti ini tidaklah selayaknya anda bercanda!” kata Zhou Yu.
“Bagaimana saya berani bercanda dengan anda? Jika saya tidak dapat menyediakannya dalam waktu tiga hari, saya bersedia untuk dihukum dan bersedia untuk memberikan pernyataan tertulis. Sekarang sudah terlambat untuk memulai. Saya akan memulianya besok. Tiga hari ke depan mulai besok, mohon anda kirimkan 500 orang ke tepi sungai untuk mengambil anak-anak panah pesanan anda.”

Zhou Yu merasa senang dengan hal ini. Ia menyuruh bawahannya untuk menulis dokumen lalu ditandatangani oleh Zhuge Liang. Kemudian Zhou Yu secara rahasia memerintahkan anak buahnya untuk memperlambat kerja mereka dalam membuat panah. Ia yakin bahwa Zhuge tidak akan dapat memenuhi janjinya tepat pada waktunya. Ia juga mengirim Lu Shu untuk mengawasi Zhuge Liang.

Zhuge Liang menyalahkan Lu Shu karena tidak menepati janjinya.
“Tetapi anda sendiri yang memberi masalah pada diri anda sendiri. Bagaimana saya dapat membantu?” kata Lu Shu.
“Kamu dapat membantu saya. Saya ingin meminjam dua puluh perahu darimu, dengan diawaki oleh tiga puluh orang setiap kapalnya. Tolong persiapkan juga paling sedikit seribu orang-orangan dari jerami yang ditutupi dengan kain hitam dan bariskan mereka di kedua sisi kapal. Tetapi harap anda tidak membocorkan hal ini kepada Zhou Yu, atau rencanaku akan gagal!” kata Zhuge.
Lu Shu menjadi bingung, tetapi tetap mematuhi Zhuge. Kapal-kapal telah siap tanpa sepengetahuan Zhou Yu. Hari pertama dan kedua berlalu namun Zhuge belum melakukan apa-apa.

Pada hari ketiga pukul 2 pagi, secara diam-diam Zhuge mendatangi kemah Lu Shu dan mengajaknya untuk mengambil anak-anak panah.
“Dari siapa?” tanya Lu Shu.
“Jangan tanya. Kamu akan melihatnya sendiri.” Jawab Zhuge.
Dua puluh perahu diikatkan menjadi satu dengan tali yang panjang, dan dilayarkan menuju kemah pasukan Cao. Di sepanjang sungai tertutup kabut pekat. Pada pukul 4, kapal-kapal tersebut mendekati kemah pasukan Cao. Zhuge memerintahkan awak kapal untuk menabuh genderang dan meneriakkan kata-kata perang.
Melihat hal ini, Lu Shu terkejut. Ia khawatir musuh akan menyerang.
“Jangan khawatir. Saya lebih terkejut jika Cao mau berspekulasi dengan cuaca seperti ini. Mohon anda tenang. Kita akan kembali jika kabutnya sudah menghilang.”

Cao Cao mendapat laporan dari prajuritnya bahwa angkatan perang Wu datang menantang berperang. Cao mencurigai adanya jebakan dari tantangan tersebut. Untuk menghindarkan hal yang tidak diinginkan, Cao hanya memerintahkan untuk menghujani kapal-kapal perang musuh dengan panah. Cao pun memerintahkan sekitar 5000 pasukan infanteri untuk membantu para prajurit angkatan laut.

Segera saja ribuan anak panah melesat ke arah kapal-kapal perang Wu dengan derasnya. Zhuge Liang memerintahkan agar kapal-kapal dibelokkan untuk mendekati tepi sungai untuk mendapatkan anak panah yang lebih banyak. Sebentar saja, 20 kapal perang Wu sudah dipenuhi oleh ribuan anak panah yang dilepaskan oleh pasukan Cao.

Ketika kabut mulai terangkat dan matahari mulai menampakkan sinarnya, Zhuge Liang memerintahkan agar kapal-kapal perang mundur. Zhuge melihat bahwa orang-orangan dari jerami sudah dipenuhi oleh anak-anak panah. Ia pun memerintahkan anak buahnya untuk berteriak :
“Terima Kasih, Perdana Menteri, atas anak-anak panah ini!”
Anak buahnya pun meneriakkan kata-kata yang diperintahkan oleh Zhuge Liang. Setelah itu mereka mundur kembali ke perkemahan Wu.
Pada akhirnya Cao mengetahui bahwa kapal-kapal perang tersebut hanyalah diisi oleh orang-orangan dari jerami. Ia terlihat begitu terguncang.

“Anda sangat jenius.”kata Lu Shu kagum. “bagaimana anda dapat mengetahui bahwa hari ini akan turun kabut tebal?”
“Seorang Jenderal yang tidak mengetahui astronomi, geografi, dan peluang tidak akan pernah berprestasi besar. Saya telah memprediksi tiga hari yang lalu bahwa akan ada kabut tebal pagi ini. Oleh karena itu saya meminta waktu tiga hari. Saya tahu ketika Zhou Yu menawarkan waktu sepuluh hari, ia tidak memberikan dengan kerelaan hati. Ia menginginkan saya kalah dan dihukum. Tetapi bagaimana mungkin dia dapat melukai saya jika takdir saya ditentukan oleh Langit?”

Mendengar hal ini, Lu Shu semakin mengagumi Zhuge Liang. Sementara itu, 500 prajurit sedang menunggu untuk mengambil anak-anak panah. Setelah dikumpulkan ternyata jumlah anak panah yang ada melebihi 100.000 anak panah. Zhou Yu yang melihat hal ini mau tidak mau mengakui kehebatan Zhuge Liang.

Mereka kemudian bertemu untuk mendiskusikan upaya penyerangan. Zhou Yu memiliki ide, tetapi agak kurang yakin dengan keberhasilan idenya. Zhuge berkata, “Jangan katakan. Cukup kita tulis di telapak tangan kita masing-masing dan nanti kita melihatnya apakah jalan pikiran kita sama.”
Setelah masing-masing melihat, keduanya tertawa karena mereka berdua menuliskan kata yang sama di telapak tangan “API”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar