Minggu, 13 Mei 2012

MENJAWAB TUDUHAN (BAGIAN SATU)


Setelah dalam dua postingan sebelumnya saya menjelaskan mengenai pentingnya Apologetika dan mempelajari teologi, maka saya akan masuk ke dalam tema-tema apologetik dan teologis. Seperti telah saya jelaskan sebelumnya bahwa sejak dari mula kekristenan mendapat serangan yang tidak hanya berasal dari dalam tubuh kekristenan itu sendiri tapi juga berasal dari luar. Dalam sepuluh tahun terakhir saya melihat bahwa wilayah-wilayah yang dulu merupakan lumbung kekristenan menjadi wilayah-wilayah yang paling banyak angka beralihnya seorang Kristen menjadi pemeluk agama lain atau menyatakan diri tidak lagi mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan hidup. Amerika Serikat dan Eropa Barat adalah contoh paling nyata mengenai kenyataan pahit tersebut. Tetapi di sini saya menegaskan bahwa apa yang saya tulis sebagai kenyataan pahit tersebut bukan karena saya melihat bahwa jumlah pemeluk Kristen semakin berkurang, atau dengan kata lain saya menilainya dari segi kuantitas. Tetapi adalah karena semakin banyaknya jiwa-jiwa yang terhilang dari hadapan Bapa.

Oleh karena itulah betapa pentingnya Apologetika dan penguatan pembelajaran Teologi di dalam gereja. Jemaat Kristen mula-mula bertumbuh kuat karena “... mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul...” (Kisah Para Rasul 2:42). Ketekunan tersebut membuat kualitas iman jemaat Kristen mula-mula menjadi tinggi. 200 tahun awal pertumbuhan kekristenan diwarnai berbagai penolakan bahkan penganiayaan terhadap jemaat mula-mula. Tidak hanya dari orang-orang Yahudi bahkan dari orang-orang kafir. Tetapi kekristenan bukannya habis malah semakin bertumbuh subur. Semakin dihambat malah semakin merambat. Saya yakin bahwa apa yang menjadi kekuatan jemaat mula-mula dalam menghadapi penganiayaan itu karena mereka mengenal dengan baik Junjungan Agung mereka, yaitu Tuhan Yesus, dan hal itu pastinya melalui sebuah proses pembelajaran yang tekun akan kredo iman Kristen.

Dalam postingan kali ini dan mungkin untuk selanjutnya, saya akan mencoba untuk mengambil dari sudut apologetika mengenai hal-hal yang biasa dilancarkan oleh orang-orang yang tidak menyukai kekristenan. Terlebih dahulu saya nyatakan bahwa di dalam artikel ini saya berhutang banyak kepada penulis-penulis buku kekristenan yang buku-bukunya saya baca, seperti Ajith Fernando, Cornelius Platinga, Jr., Charles Colson, C.S. Lewis, Craig A. Evans, John Piper, Joshua Harris, N.T. Wright, J.I. Packer, Jerry Bridges, Ravi Zacharias, dll. Tentu tidak lupa kepada Tuhan Yesus, sang Guru Agung, yang telah mewarisi Alkitab yang ditulis oleh orang-orang pilihan Tuhan yang dibimbing oleh Sang Hikmat Agung, Roh Kudus.

========================================================================

Tuduhan : Yesus tidak pernah berkata,“Akulah Tuhan, sembahlah Aku!” Oleh karena itu Yesus bukan Tuhan.

Jawab : Inilah pertanyaan yang sering diajukan oleh para penanya yang anti Kristen. Pertanyaan yang saya anggap lelucon menyenangkan.

Apa yang tidak diketahui oleh penanya tersebut adalah bahwa Yesus lahir dan besar di tengah-tengah kebudayaan Yahudi yang sangat mengerti dan meyakini bahwa hanya Tuhan-lah yang disembah dan apa atau siapa yang kepadanya diberikan sembah sujud berarti apa atau siapa tersebut adalah Tuhan.

Yang paling penting adalah Tuhan itu disembah bukan karena Ia menuntut kepada manusia untuk menyembah diriNya seakan-akan Tuhan itu seorang pribadi yang gila hormat dan haus penyembahan. Tuhan disembah karena kekudusan, kemuliaan dan kedahsyatan kuasaNya. Kualitas keilahian inilah yang membuat Tuhan dihormati, dipuja, ditakuti dan tentu saja disembah. Tuhan tetaplah Tuhan sekalipun tidak ada yang menyembah diriNya.

Di dalam Alkitab memang tidak ada satu kata pun keluar dari mulut Yesus menuntut orang-orang untuk menyembah diriNya. Tetapi terdapat bukti-bukti alkitabiah yang menunjukkan bahwa walaupun Yesus tidak pernah menuntut penyembahan atas diriNya, Ia tidak pernah melarang atau menolak orang-orang yang ada di sekitarnya untuk menyembahnya.

Matius 28:17 :
“Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.”

Markus 5:6
“Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,”

Lukas 24:52
“Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat
bersukacita.”

Yohanes 9:38
“Katanya: “Aku percaya, Tuhan!‟ Lalu ia sujud menyembah-Nya.

Di dalam Injil, kata Yunani untuk penyembahan adalah proskunesai dan prosekunesan yang mempunyai bentuk dasar proskuneo. Kata dasar proskuneo ini hanya dipakai untuk penyembahan kepada Elohim Bapa. Penyembahan ini tidak dapat diberikan kepada hal-hal lain. Tuhan sendiri dengan tegas menyatakannya di hadapan Musa dan seluruh bangsa Israel di gunung Sinai dan ditulis sendiri oleh Tuhan sebagai bagian dari Sepuluh Perintah Elohim :

Keluaran 20: 2 = “Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.”

20:3 = “Jangan ada padamu elohim lain di hadapanKu.”

20:5 = “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...”

Ratusan tahun sesudahnya, Tuhan yang sama dengan tegas menyatakannya kembali dalam kitab nabi Yesaya :

42:8 = “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.”

Yesus lahir dan besar dalam keluarga Yahudi. Ia pasti sangat tahu dan mengerti hukum penyembahan yang vital tersebut. Tetapi ternyata dengan jelas Yesus tidak pernah menolak atau melarang orang-orang datang untuk menyembah diriNya. Jika Yesus hanya seorang guru atau atau nabi, maka Yesus pasti dengan tegas dan lantang berkata : “Saya hanya guru atau nabi. Jangan menyembah Saya!” Yesus harus melakukan peringatan ini berulang-ulang bahwa melakukan penyembahan selain kepada Elohim merupakan dosa yang sangat serius. Tetapi faktanya adalah bahwa tidak ada satu dokumen pun yang menyatakan bahwa Yesus melakukan peringatan-peringatan tersebut. Empat kitab Injil menyatakan dengan tegas bahwa Yesus tidak pernah melarang atau menolak orang-orang menyembah diriNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar