Selasa, 21 Agustus 2012

MENJAWAB TUDUHAN (BAGIAN TUJUH)


APAKAH KEEMPAT INJIL DAPAT DIPERCAYA? (Bagian Pertama)

Lee Strobel dalam bukunya yang memperoleh penghargaan The Gold Medallion Book Award, The Case For Christ (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Pembuktian Atas Kebenaran Kristus : Investigasi Pribadi Seorang Jurnalis atas Bukti tentang Yesus”, Gospel Press) menulis, “Ya, kesaksian mata dapat menawan dan meyakinkan. Saat seorang saksi mata telah memiliki cukup kesempatan untuk mengamati suatu tindakan kriminal, saat tidak terdapat prasangka atau motif-motif tersembunyi, saat si saksi berlaku jujur dan adil, tindakan klimaks menunjuk kepada seorang terdakwa dalam sebuah ruang sidang sudah cukup memberi orang itu hukuman penjara atau yang lebih buruk dari itu.”

Kesaksian sama pentingnya dalam menginvestigasi perkara-perkara historis, bahkan dalam sebuah permasalahan yang populer dari dulu hingga sekarang, apakah Yesus adalah Anak Allah sejati?

Ketika memikirkan kehidupan Yesus, maka secara otomatis kita akan melihat kepada Keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Keempat Injil dapat dikatakan sebagai kitab biografi kehidupan Yesus. Tetapi apakah keempat Injil adalah benar-benar menulis dengan tepat dan benar kehidupan Yesus dan seberapa baik laporan-laporan-laporan ini (keempat Injil) akan bertahan menghadapi penelitian cermat para skeptis. Dengan kata lain apakah keempat Injil dapat dihandalkan sebagai sebuah sumber yang historis tentang kehidupan Yesus.


Tuduhan : Pada awalnya Keempat Injil adalah kitab yang anonim (tidak berjudul/bernama). Judul-judul (Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes) ditambahkan dalam suatu masa kemudian. Jadi bagaimana kita bisa percaya bahwa nama yang melekat pada kitab-kitab tersebut adalah penulis sesungguhnya dari kitab-kitab tersebut?


Jawab :

Memang benar bahwa Keempat Injil pada mulanya adalah kitab yang anonim. Tetapi kesaksian yang cukup beragam dari gereja mula-mula (para Bapa gereja) menyatakan bahwa Matius atau Lewi, mantan pemungut cukai dan salah satu dari 12 murid Yesus, adalah penulis Injil Matius; Yohanes Markus yang adalah rekan sekerja Petrus adalah penulis Injil Markus; Lukas, seorang tabib dan rekan yang dikasihi Paulus, menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.

Papias, seorang Uskup Hieropolis, adalah saksi paling awal mengenai siapa penulis Injil Markus. Papias hidup sekitar tahun 60 yang artinya ia mempelajari tentang akar iman kepercayaannya dari generasi/jemaat Kristen mula-mula. Oleh karena itu kesaksiannya tentulah sangat berbobot.

Sang Penatua biasanya berkata begini, ”Markus yang telah menjadi penerjemah bagi Petrus menuliskan dengan tepat semua yang diingatnya, walaupun urutannya tidak persis, tentang hal-hal yang seperti yang dikatakan atau dilakukan Kristus. Sebab, ia tidak mendengar langsung dari Tuhan dan mengikut Dia. Tetapi, sesudah itu, ia mengikut Petrus yang mengadaptasi ajaran-ajaranNya sebagaimana perlu, namun tidak bermaksud menyampaikan ucapan-ucapanNya secara berurutan. Oleh sebab itu, Markus tidak membuat kesalahan apapun dalam menuliskan beberapa hal seperti yang diingatnya, karena ia benar-benar berusaha untuk tidak menghilangkan apa pun yang didengarnya atau membuat pernyataan palsu dalam semuanya itu.” (Papias, The Fragment of Papias)


Bagaimana dengan Matius, Lukas, dan Yohanes?

Irenaeus, salah seorang Bapa Gereja, memperkuat penamaan Injil-injil pada masa-masa sebelumnya. Ia menulis, “Matius menerbitkan Injilnya sendiri di antara kalangan orang-orang Yahudi, selagi Petrus dan Paulus memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja di sana. Setelah kepergian mereka, Markus, murid dan penafsir Petrus, memberikan kepada kami tulisan berisi kotbah-kotbah Petrus. Lukas, pengikut Paulus, mengumpulkan Injil yang diberitakan gurunya dalam sebuah buku. Kemudian Yohanes, murid Tuhan, yang juga bersandar di dadanya, menuliskan sendiri Injilnya sementara ia tinggal di Efesus di Asia.” (Irenaeus, Adversus haereses)


Tuduhan : Bisa saja bahwa para Bapa gereja memiliki suatu motivasi untuk berbohong dengan menyatakan bahwa orang-orang inilah yang menulis Injil-injil, padahal sebenarnya tidak.


Jawab :

Sangat tidak mungkin! Para Bapa gereja adalah figur-figur yang diakui dengan baik integritas mereka dalam kehidupan. Lagipula nama-nama yang dilekatkan dalam Injil-injil tersebut adalah karakter-karakter yang tidak layak untuk penamaan kitab-kitab tersebut.


Mengapa?

Markus dan Lukas bukan bagian dari 12 murid Yesus, bahkan Lukas bukanlah Yahudi, ia adalah seorang Yunani. Matius memang adalah bagian dari 12 murid Yesus, tetapi latar belakangnya sebagai mantan pemungut cukai yang dibenci, bukanlah karakter yang tepat untuk dijadikan penulis Injil Matius. Para Bapa gereja bisa saja memilih nama-nama yang lebih kredibel, misalnya Petrus, Yakobus, Maria atau Filipus. Tetapi nyatanya mereka tidak melakukan itu.

Ironisnya beberapa pihak yang mengaku sebagai ahli Perjanjian Baru malah memilih kitab-kitab yang isinya penuh khayalan, bertentangan dengan ortodoksi Kristen dan ditulis jauh setelah kematian Yesus serta “memaksakan” opini bahwa kitab-kitab tersebut lebih layak dan kredibel dimasukkan dalam kanon Perjanjian Baru menggantikan Keempat Injil. Dan tebak apakah nama dari kitab-kitab tersebut? Injil Yudas, Injil Thomas, Injil Petrus, Injil Maria Magdalena.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar