Mengapa kita tidak bisa
menyelamatkan diri kita sendiri? Tidak cukup kah perbuatan baik dan amal saja?
Pertanyaan-pertanyaan di atas mewakili pertanyaan yang diajukan
orang-orang yang menolak berita Injil.
Jawabnya adalah pesan kematian Yesus di kayu salib menusuk inti dosa
manusia, yaitu kesombongan. Wow, inti dosa manusia adalah kesombongan? Ya dan
saya akan menunjukkannya.
Kita kembali pada kitab Kejadian pasal 3, di mana ular sedang
melancarkan rayuan mautnya terhadap si perempuan. Dalam ayat 4, si perempuan
berkata bahwa kalau memakan buah tentang pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat, maka akan mati. Ayat 5 ular membantah pernyataan si perempuan. Ular
berkata bahwa “sekali-kali kamu tidak akan mati...” tetapi “...kamu akan
menjadi seperti Elohim..”
Si perempuan termakan bujuk rayu ular. Ayat yang ke-6 menyatakan
“perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.”
Saya menekankan pada kata-kata “pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian”
Si perempuan dengan sadar (“menarik hati”) memilih untuk melanggar
perintah Tuhan dengan memakan buah tersebut. Ia memilih untuk keluar dari
pemeliharaan Tuhan dan mengambil jalannya sendiri (“kamu akan menjadi seperti
Elohim”; “...karena memberi pengertian...”).
Hal pertama yang mereka lakukan setelah melakukan pelanggaran adalah
“menyemat daun ara dan membuat cawat”. Inilah hasil dari “buah pengertian” yang
mereka makan. Mereka mencoba untuk menyelamatkan diri mereka dengan mengusahakannya
sendiri. Bukankah hal ini sangat mirip dengan sikap yang ditunjukkan dengan
orang-orang yang menolak berita Injil di setiap abad dan tempat? Bahwa mereka sanggup
menyelamatkan diri mereka sendiri. Menganggap bahwa diri mereka bisa
menggantikan Tuhan dan menjadi pemimpin atas diri mereka sendiri. Inilah
kesombongan yang mula-mula hinggap di dalam benak malaikat-malaikat yang jatuh.
Intinya tetap sama tetapi menggunakan kemasan yang berbeda. (Baca buku C.S.
Lewis yang berjudul Mere Christianity untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap
dari dosa kesombongan)
Jadi pemikiran mengenai bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya
sendiri melalui perbuatan baik atau amal atau apapun bentuknya itu hanyalah
untuk “menenangkan mereka dan untuk sementara waktu membantu menenangkan kegelisahan
dan kekosongan di dalam diri karena mereka terpisah dari Penciptanya”
(Supremasi Kristus, Ajith Fernando, Penerbit Momentum).
“Tuhan akan mengampuni saya
karena itu adalah tugasNya!” protes Heinrich Heine, kritikus kristen kenamaan.
Bagi manusia pengampunan itu memang hanya sebuah tugas sederhana,
tetapi bagi Tuhan itu adalah masalah yang sangat besar (Carnegie Simpson, The
Fact of Christ, 1900).
Mengapa pengampunan bagi Tuhan adalah masalah yang besar?
John Stott menjawab pertanyaan ini dengan sebuah pertanyaan dilematis.
“Jadi bagaimana Tuhan menghukum dosa manusia (sebagaimana Ia adalah
adil) tanpa bertentangan dengan kasihNya? Atau bagaimana Tuhan mengampuni dosa
manusia (sebagaimana Ia adalah adil) tanpa berkompromi dengan keadilanNya?
Bagaimana Ia harus menghadapi manusia yang jahat, namun Ia tetap menjadi Tuhan
yang sejati dan penuh kasih yang suci? Bagaimana Ia dapat bertindak sekaligus
menunjukkan kekudusan dan kasihNya?”
Inilah masalah besar yang dihadapi Tuhan ketika berurusan dengan
manusia.
Satu-satunya jalan yang dilakukan Tuhan untuk menunjukkan keadilan dan
kasihNya adalah mengutus Putra TunggalNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16) untuk
mati di kayu salib.
Mengapa Yesus mati menggantikan kita? Bukankah kita harus menanggung
dosa-dosa kita sendiri?
Sobat, hal pertama yang dilakukan oleh Adam dan Hawa setelah kejatuhan
adalah menyemat daun ara dan membuat cawat (ini adalah perlambang segala usaha
dan kerja manusia untuk dibenarkan di hadapan Tuhan). Tetapi apakah usaha itu
berhasil? Tidak. Adam dan Hawa bersembunyi di balik pohon-pohon dalam taman
ketika tahu bahwa Tuhan datang. Usaha yang mereka lakukan tidak berhasil, rasa
bersalah tetap ada dalam nurani mereka.
Alkitab menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Elohim” (Roma 3:23) dan “...segala kecenderungan
hatinya (manusia) selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:5). Di
hadapan Tuhan segala “..... kesalehanku seperti kain kotor” (Yesaya 64:6). Jadi tidak
mungkin perbuatan baik atau usaha-usaha relijius dapat menggapai Tuhan. Memang
Tuhan adalah Kasih, tetapi kasihNya bukanlah kasih yang sentimentil. KasihNya
adalah kasih yang Kudus.
Tuhan lah yang akhirnya berisinisiatif menolong mereka (Adam dan Hawa).
“dan TUHAN Elohim membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk
istrinya itu, lalu mengenakannya pada mereka” - Kejadian 3:21. Hanya Tuhan lah
yang sanggup menolong manusia dari maut.
Di kayu salib lah kematian Yesus mempertemukan keadilan (hukuman
manusia ditanggungkan kepada Yesus) dan kasih Elohim (Elohim mengurbankan
AnakNya yang tunggal bagi keselamatan manusia). Kematian Yesus menggenapi nubuatan pemazmur dalam Perjanjian Lama : "Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." - Mazmur 85:11
Inilah berita utama Injil yang telah disampaikan oleh Elohim dari
permulaan masa (Kejadian 3:21) melalui para nabi, Yesus Kristus yang adalah
Sang Putra Elohim, para rasul dan orang-orang kudus lainnya di seluruh abad dan
tempat.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Selesai
*NYOK
Buku-buku yang direkomendasikan untuk dibaca mengenai topik ini :
- Why I am A Christian, John Stott. Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Pionir Jaya;
- Supremasi Kristus, Ajith Fernando. Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Momentum;
- Jeritan dari Salib, Erwin Lutzer. Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Gospel Press;
- Mere Christianity (Kekristenan Asali), C.S. Lewis. Sudah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Pionir Jaya;
- This We Believe, pada bab 2 yang berjudul "Melakukannya dengan caraku : "Apakah Aku dilahirkan untuk memberontak?" oleh J.I. Packer; dan bab 4 yang berjudul "Apakah Aku tidak cukup baik? Mengapa Yesus harus mati karena dosa-dosaku?" oleh Scott Hafemann
Tidak ada komentar:
Posting Komentar