APAKAH
KEEMPAT INJIL DAPAT DIPERCAYA? (Bagian Pertama)
Lee Strobel dalam bukunya
yang memperoleh penghargaan The Gold Medallion Book Award, The Case For Christ (sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul “Pembuktian
Atas Kebenaran Kristus : Investigasi Pribadi Seorang Jurnalis atas Bukti
tentang Yesus”, Gospel Press) menulis, “Ya, kesaksian mata dapat menawan dan meyakinkan. Saat seorang saksi
mata telah memiliki cukup kesempatan untuk mengamati suatu tindakan kriminal,
saat tidak terdapat prasangka atau motif-motif tersembunyi, saat si saksi
berlaku jujur dan adil, tindakan klimaks menunjuk kepada seorang terdakwa dalam
sebuah ruang sidang sudah cukup memberi orang itu hukuman penjara atau yang
lebih buruk dari itu.”
Kesaksian sama pentingnya dalam menginvestigasi perkara-perkara
historis, bahkan dalam sebuah permasalahan yang populer dari dulu hingga
sekarang, apakah Yesus adalah Anak
Allah sejati?
Ketika memikirkan kehidupan Yesus, maka secara otomatis kita akan
melihat kepada Keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Keempat Injil dapat dikatakan
sebagai kitab biografi kehidupan Yesus. Tetapi
apakah keempat Injil adalah benar-benar menulis dengan tepat dan benar
kehidupan Yesus dan seberapa baik laporan-laporan-laporan ini (keempat Injil)
akan bertahan menghadapi penelitian cermat para skeptis. Dengan kata lain apakah keempat Injil dapat dihandalkan
sebagai sebuah sumber yang historis tentang kehidupan Yesus.
Tuduhan : Pada awalnya
Keempat Injil adalah kitab yang
anonim (tidak berjudul/bernama). Judul-judul (Injil Matius, Injil
Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes) ditambahkan
dalam suatu masa kemudian. Jadi
bagaimana kita bisa percaya bahwa nama yang melekat pada kitab-kitab tersebut
adalah penulis sesungguhnya dari
kitab-kitab tersebut?
Jawab :
Memang benar bahwa Keempat Injil pada mulanya adalah kitab yang
anonim. Tetapi kesaksian yang cukup beragam dari gereja mula-mula (para Bapa
gereja) menyatakan bahwa Matius atau
Lewi, mantan pemungut cukai dan salah satu dari 12 murid Yesus, adalah penulis
Injil Matius; Yohanes Markus yang
adalah rekan sekerja Petrus adalah penulis Injil Markus; Lukas, seorang tabib dan rekan yang
dikasihi Paulus, menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.
Papias, seorang Uskup Hieropolis, adalah saksi
paling awal mengenai siapa penulis Injil Markus. Papias hidup sekitar tahun
60 yang artinya ia mempelajari tentang akar iman kepercayaannya dari
generasi/jemaat Kristen mula-mula. Oleh karena itu kesaksiannya tentulah
sangat berbobot.
“Sang Penatua biasanya berkata
begini, ”Markus yang telah
menjadi penerjemah bagi Petrus menuliskan dengan tepat semua yang
diingatnya, walaupun urutannya tidak persis, tentang hal-hal yang
seperti yang dikatakan atau dilakukan Kristus. Sebab, ia tidak mendengar
langsung dari Tuhan dan mengikut Dia. Tetapi, sesudah itu, ia mengikut Petrus
yang mengadaptasi ajaran-ajaranNya sebagaimana perlu, namun tidak bermaksud
menyampaikan ucapan-ucapanNya secara berurutan. Oleh sebab itu, Markus tidak
membuat kesalahan apapun dalam menuliskan beberapa hal seperti yang diingatnya,
karena ia benar-benar berusaha untuk tidak menghilangkan apa pun yang
didengarnya atau membuat pernyataan palsu dalam semuanya itu.” (Papias, The Fragment of Papias)
Bagaimana dengan Matius, Lukas,
dan Yohanes?
Irenaeus, salah seorang
Bapa Gereja, memperkuat penamaan Injil-injil pada masa-masa sebelumnya.
Ia menulis, “Matius menerbitkan
Injilnya sendiri di antara kalangan orang-orang Yahudi, selagi Petrus dan
Paulus memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja di sana. Setelah
kepergian mereka, Markus, murid dan penafsir Petrus, memberikan kepada kami
tulisan berisi kotbah-kotbah Petrus. Lukas, pengikut Paulus, mengumpulkan
Injil yang diberitakan gurunya dalam sebuah buku. Kemudian Yohanes,
murid Tuhan, yang juga bersandar di dadanya, menuliskan sendiri Injilnya
sementara ia tinggal di Efesus di Asia.” (Irenaeus, Adversus haereses)
Tuduhan : Bisa saja bahwa
para Bapa gereja memiliki suatu motivasi untuk berbohong dengan
menyatakan bahwa orang-orang inilah yang menulis Injil-injil, padahal
sebenarnya tidak.
Jawab :
Sangat tidak mungkin! Para Bapa gereja adalah figur-figur yang
diakui dengan baik integritas mereka dalam kehidupan. Lagipula nama-nama yang dilekatkan dalam Injil-injil tersebut adalah
karakter-karakter yang tidak layak untuk
penamaan kitab-kitab tersebut.
Mengapa?
Markus dan Lukas bukan bagian
dari 12 murid Yesus, bahkan Lukas bukanlah Yahudi, ia adalah seorang Yunani.
Matius memang adalah bagian dari 12
murid Yesus, tetapi latar belakangnya
sebagai mantan pemungut cukai yang dibenci, bukanlah karakter yang tepat
untuk dijadikan penulis Injil Matius. Para
Bapa gereja bisa saja memilih nama-nama yang lebih kredibel, misalnya Petrus,
Yakobus, Maria atau Filipus. Tetapi nyatanya mereka tidak melakukan itu.
Ironisnya beberapa pihak yang mengaku sebagai ahli Perjanjian Baru
malah memilih kitab-kitab yang isinya penuh khayalan, bertentangan dengan
ortodoksi Kristen dan ditulis jauh setelah kematian Yesus serta “memaksakan” opini
bahwa kitab-kitab tersebut lebih layak dan kredibel dimasukkan dalam kanon
Perjanjian Baru menggantikan Keempat Injil. Dan tebak apakah nama dari
kitab-kitab tersebut? Injil Yudas, Injil Thomas, Injil Petrus, Injil Maria
Magdalena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar