Tuduhan :
“Kita hanya mengetahui sangat sedikit tentang Yesus. Laporan panjang
pertama tentang kehidupanNya adalah Injil Santo Markus, yang tidak dituliskan
sampai sekitar tahun 70 M, kira-kira empat puluh tahun setelah kematianNya.
Pada saat itu, fakta-fakta sejarah telah diselaputi elemen-elemen dongeng yang
mengekspresikan makna yang telah Yesus berikan kepada para pengikutNya. Makna
inilah yang terutama disampaikan oleh Santo Markus lebih daripada suatu
pelukisan terus terang yang dapat dipercaya.” Karen Armstrong – A History of
God.
Jawab :
Tuduhan di atas hanyalah satu dari sekian banyak tuduhan yang
dilancarkan oleh pihak yang skeptik mengenai otoritas Injil. Dengan memakai
jubah risalah akademik, mereka menjatuhkan vonis bahwa Injil hanyalah produk
konspirasi dari para murid untuk mempromosikan suatu agama baru. Tuduhan yang
saya anggap sangat tendensius tetapi serampangan. Ironisnya banyak orang yang
percaya begitu saja, termasuk beberapa orang-orang Kristen yang akhirnya
meninggalkan iman percaya mereka.
Tetapi apakah tuduhan tersebut benar adanya?
Telah disepakati oleh para sarjana Alkitab, baik yang konservatif
maupun liberal, bahwa penanggalan standar bagi penulisan Injil adalah Injil
Markus pada tahun 70 M, Injil Matius dan Lukas pada tahun 80 M dan Injil
Yohanes pada tahun 90 M.
Apa hubungannya dengan tuduhan di atas?
Penulisan Injil-injil tersebut masih dalam masa kehidupan di mana
masih banyak saksi mata kehidupan Yesus, baik yang langsung maupun tidak
langsung, termasuk para saksi mata yang menentang yang akan berperan sebagai
pengoreksi jika ajaran-ajaran yang salah tentang Yesus disebarluaskan, dalam
hal ini adalah penulisan Injil-injil.
Tuduhan : Tapi mengapa harus menunggu sampai sekian puluh tahun untuk
menuliskan Injil?
Jawab :
Para pemikir skeptis merasa bahwa jeda puluhan tahun sebelum penulisan
Injil-injil adalah suatu hal yang mencurigakan. Earl Doherty mengklaim, “Bila
orang melihat di balik tabir kitab-kitab Injil, mosaik Yesus dari Nasaret cepat
sekali pecah menjadi keping-keping komponen dan pendahulu-pendahulu yang tak
dapat dikenal.” (The Jesus Puzzle: Did Christianity Begin with a Mythical
Christ)
Para pemikir skeptis merasa bahwa para murid menggunakan masa tunggu
itu untuk mempersiapkan sebuah konspirasi agama. Tuduhan yang dilancarkan oleh
para skeptis diajukan dalam sudut pandang yang keliru. “Mungkin lebih baik
bertanya seperti ini, Mengapa Injil-injil ini akhirnya ditulis?” (Reinventing
Jesus, Perkantas, Divisi Literatur)
Konsep “masa tunggu” mengimplikasikan bahwa sedari awal para murid
sudah merencanakan sejak awal penulisan Injil-injil. Tetapi pada kenyataannya
bukanlah seperti itu.
Buku Reinventing Jesus menjelaskan hal ini dengan baik, “Yang utama
dalam motivasi para rasul adalah pada awalnya ialah pewartaan Injil secara
lisan. Mereka ingin menyebarkan Injil itu secepat mungkin.”
Hal ini sesuai dengan perintah yang Tuhan Yesus berikan sesaat sebelum
kenaikanNya ke surga.
Matius 28:20 = “... dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu...”
Markus 16 : 15 = “Lalu Ia (Yesus) berkata kepada mereka : “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk...”
Lukas 24 : 47 = “dan lagi : dalam namaNya berita tentang pertobatan
dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem.”
Kemudian dalam Kisah Para rasul disebutkan berulang kali bahwa Injil
tersebar luas dan jemaat yang masih muda itu bertumbuh dengan pesat. Bayangkan
saja, hari pertama Pentakosta, khotbah Petrus menobatkan 3000 orang dalam satu
hari saja (Kisah Para Rasul 2 : 41), tidak sampai di situ, khotbah Petrus di
Serambi Salomo juga menambahkan kira-kira 5000 orang laki-laki dalam keluarga
Kristus (Kisah 4 : 4). Lebih lanjut dikisahkan bahwa setelah terjadi
penganiayaan di Yerusalem, banyak orang yang percaya lari ke berbagai daerah
lainnya di luar Yerusalem. Di perantauan, orang-orang percaya ini memberitakan
kabar baik Injil sehingga banyak orang lain yang akhirnya bertobat.
Dengan kata lain, para rasul dan pemimpin gereja mula-mula beserta
para jemaat sangat sibuk dengan pemberitaan Injil secara lisan. Berita tentang
Kabar Baik Yesus tersebut melaju dengan kecepatan mengagumkan sampai ke seluruh
wilayah kekuasaan Romawi hanya dalam beberapa tahun pertama sejak kelahiran
gereja perdana. Ini adalah bukti keberhasilan pewartaan Injil secara lisan.
Tetapi ada satu pendapat dari seorang ahli Perjanjian Baru yang layak saya
tuliskan dalam artikel kali ini. Ahli tersebut adalah Dr. Craig Blomberg. Saya
perlu menampilkan terlebih dahulu rekam jejaknya dalam dunia penelitian
Perjanjian Baru agar anda dapat menilai bagaimana pendapat dari Dr. Craig
sangat berharga dan tentunya dapat dihandalkan.
Saat ini Dr. Craig Blomberg dianggap sebagai salah satu pakar
terkemuka dalam penelitian naskah-naskah Injil. Ia memperoleh gelar Doktornya
dari Aberdeen University di Skotlandia. Ia juga ikut serta sebagai rekanan
periset senior di Tyndale House di Cambridge University di Inggris, di mana ia
adalah bagian dari sarjana internasional elit yang menghasilkan serangkaian
karya tentang Yesus yang disambut dengan baik. Ia juga menjadi seorang profesor
dalam Perjanjian Baru di Denver Seminary yang prestisius.
Karya-karya tulisnya meliputi : Jesus & The Gospels; Interpreting
the Parables; How Wide the Divide? Ia membantu mengedit jilid ke-6 dari Gospel
Perspectives, yang menguraikan mukjizat-mukjizat Yesus secara panjang lebar. Ia
juga menjadi rekanan penulis Introduction to Biblical Interpretation. Dr. Craig
juga memberikan kontribusi beberapa bab tentang kehistorisan keempat Injil di
dalam buku Reasonable Faith dan buku pemenang penghargaan Jesus Under Fire.
Bukunya yang mendapat respon luar biasa dan mengukuhkannya sebagai ahli dalam
studi keempat Injil adalah The Historical Reliability of The Gospels.
Saya mengutip pendapat Dr. Craig dalam buku karya Lee Strobel, seorang
jurnalis hukum ateis yang akhirnya menjadi Kristen, yang berjudul The Case for
Christ. Buku ini adalah hasil riset Lee, yang ketika itu masih ateis, dengan
mewancarai banyak sarjana yang ahli di bidangnya masing-masing dan meneliti
ratusan literatur untuk menemukan kebenaran Kristus, di mana Dr. Craig adalah
salah satu narasumber bagi bukunya tersebut. Buku yang akhirnya memenangkan
penghargaan prestisius sekaligus membawanya kepada pertobatan kepada Kristus.
Lee Strobel (LS) : “Anda mengindikasikan bahwa anda percaya keempat
Injil ditulis lebih awal daripada tanggal-tanggal yang anda sebutkan?”
Dr. Craig Blomberg (CB) : “Ya lebih awal. Dan kita dapat menguatkannya
dengan memperhatikan kitab Kisah Para Rasul, yang ditulis oleh Lukas. Kisah
Para Rasul rupanya belum selesai ditulis-Paulus adalah tokoh sentral dalam
kitab itu, dan ia berada dalam tahanan rumah di Roma. Dengan laporan itu, kitab
tersebut secara mendadak terputus. Apa yang terjadi pada Paulus? Kita tidak
menemukannya dalam Kisah Para Rasul, mungkin karena kitab itu ditulis sebelum
Paulus dihukum mati.”
Dengan bersemangat CB melanjutkan :
CB : “Itu berarti Kisah Para Rasul tidak dapat diberi tanggal lebih
lama daripada tahun 62 M (Disepakati oleh sejarawan, Paulus mati syahid dengan
dipenggal di Roma pada tahun 62 M). Dengan menetapkan demikian, kita kemudian
dapat bergerak mundur dari situ. Karena Kisah Para Rasul merupakan bagian kedua
dari sebuah karya yang terdiri dari dua bagian, kita tahu bagian yang pertama -
Injil Lukas - pasti telah ditulis lebih awal dari itu. Dan karena Lukas
memasukkan bagian-bagian dari Injil Markus, itu berarti Markus ditulis bahkan
lebih awal lagi.”
CB : “Jika anda memberikan waktu mungkin satu tahun bagi tiap-tiap
kitab tersebut, anda akan mendapat hitungan akhir bahwa Injil Markus ditulis
tidak lebih lama dari sekitar tahun 60 M, mungkin bahkan pada akhir tahun 50an
M. Jika Yesus dihukum mati tahun 30 atau 33 M, kita memberikan suatu celah
maksimum sebesar kurang lebih tigapuluh tahun.”
Pendapat Dr. Craig tersebut setidaknya membawa dua implikasi :
Pertama, pendapat tersebut membawa sebuah petunjuk baru mengenai
penanggalan penulisan keempat Injil. Pendapat tersebut tidak dapat diabaikan
begitu saja karena pendapat ini keluar dari seorang ahli mengenai studi keempat
Injil yang diakui oleh dunia penelitian Alkitab, khususnya Perjanjian Baru.
Kedua, pendapat ini sekaligus meruntuhkan teori spekulatif yang
serampangan yang diajukan oleh pemikir skeptik, yang ironisnya kebanyakan
diragukan rekam jejak akademiknya dalam studi Alkitab, dalam artikel kali ini
diwakili oleh Karen Armstrong dan Earl Doherty. Teori spekulatif tersebut
adalah bahwa keempat Injil sudah dilumuri oleh elemen-elemen dongeng atau
fantasi dari para penulisnya.
Mengenai hal yang kedua tersebut, saya kembali mengutip pendapat Dr.
Craig dalam The Case for Christ :
CB : “2 biografi Alexander Agung yang paling awal ditulis oleh Arrian
dan Plutarch lebih dari empat ratus tahun setelah kematian Alexander (Alexander
meninggal tahun 332 SM), walaupun demikian, para sejarawan menganggap bahwa
secara umum kedua biografi tersebut patut dipercaya. Ya, materi legenda tentang
Alexander berkembang seiring berlalunya waktu, namun itu hanya dalam abad-abad
setelah kedua penulis ini.”
CB : “Dengan kata lain, kisah Alexander terpelihara cukup utuh selama
lima ratus tahun pertama; materi legenda mulai muncul selama lima ratus tahun
sesudahnya. Jadi entah apakah keempat Injil dituliskan enam puluh atau tiga
puluh tahun setelah kehidupan Yesus di dunia, jumlah waktunya dapat diabaikan
menurut perbandingan ini. Itu bukan hampir merupakan suatu isu.”
Artinya, secara intuitif terlihat jelas bahwa semakin singkat celah
antara sebuah peristiwa dan saat ketika dicatat dalam tulisan, semakin
berkurangnya kemungkinan, bahwa tulisan itu akan menjadi legenda atau
ingatan-ingatan yang salah.
Akhir kata, inilah “kemunafikan” intelektual yang ditunjukkan oleh
pemikir-pemikir skeptik. Ketika berbicara mengenai risalah-risalah kuno non
Kristen, mereka akan bersikap obyektif dan tidak akan meneliti lebih jauh
apakah risalah-risalah tersebut benar adanya. Tetapi ketika dihadapkan pada risalah-risalah
kekristenan, khususnya mengenai Perjanjian Baru, maka mereka akan bersikap
menuduh, mencurigai dan menghakimi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar