Di dalam Injil Matius (1:1-17) dan Lukas (3:23-28) terdapat satu pasal khusus yang menuliskan garis keturunan/silsilah Yesus. Kecenderungan dari kita adalah melewatkan bagian tersebut. Padahal tidak seharusnya kita melewatkan hal tersebut. Penulis Injil Matius dan Lukas pasti mempunyai maksud khusus untuk menuliskan silsilah dari Yesus Kristus bagi para pembacanya. Saudara-saudara kita yang dari agama lain malah lebih jeli melihat bahwa ada perbedaan silsilah di antara Injil Matius dan Lukas. Perbedaan ini mereka jadikan "senjata" untuk mempertanyakan keabsahan Alkitab. Orang-orang Kristen pada umumnya tidak tahu bagaimana harus menjawab ketika pertanyaan tersebut mereka alami. Saya tidak membahas perbedaan tersebut dalam tulisan kali ini. Saya akan membahasnya di lain kesempatan. Yang menjadi fokus tulisan saya kali ini adalah mengapa penulis Injil Matius dan Lukas sampai memberikan satu pasal khusus untuk menuliskan silsilah dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Nah, apa sih yang menjadi tujuan utama dari penulisan silsilah tersebut?
Jawabannya adalah untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Sang Mesias, Juruselamat yang dijanjikan Allah sejak dahulu kala.
Ada 3 (tiga) parameter yang menjadi dasar pembuktian seperti apakah Mesias tersebut.
Pertama, Mesias adalah dari keturunan Abraham. Dalam Kejadian 22:18, Allah memperbaharui Sumpah-Nya dengan Abraham sesaat Abraham dengan kerelaan hati mengorbankan Ishak, putra tunggalnya, kepada Allah, walaupun hal ini tidak sampai terjadi karena Allah menyediakan korban pengganti karena telah melihat kesungguhan hati Abraham yang tidak segan-segan menuruti perintahNya untuk mengorbankan Ishak. Allah menegaskan, "Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau telah mendengarkan firmanKu." Penulis Injil Matius dan Lukas menunjukkan bahwa Yesus adalah keturunan Abraham yang akan datang ke dunia dan membawa berkat Allah bagi seluruh umat manusia.
Kedua, Silsilah tersebut menunjukkan bahwa Mesias berasal dari suku Yehuda. Sesaat sebelum wafat, Yakub memberkati anak-anaknya. Ketika sampai pada Yehuda, Yakub memberkati, "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda, ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia (dalam teks bahasa Ibrani disebutkan dengan Shiloh) datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa." (Kejadian 49:10)
Shiloh adalah nama lain dari Mesias. Berkat sekaligus nubuatan ini bukan hanya meramalkan kedatangan Mesias, tetapi juga menyatakan bahwa Mesias akan datang sebelum "tongkat kerajaan" dipindahkan atau disingkirkan dari suku Yehuda. "Tongkat Kerajaan" ini sebuah istilah yang menunjukkan simbol kekuasaan yang sah, berdaulat serta identitas kesukuan.
Josephus, sejarawan berkebangsaan Yahudi, di dalam bukunya, Antiquities of The Jews membuat catatan sejarah yang sangat penting, yaitu Sanhedrin (semacam mahkamah keagamaan tertinggi di Israel) tidak memiliki otoritas untuk menetapkan hukuman mati. Augustin Lemann, penulis Jesus Before the Sanhedrin, mencatat sebuah pernyataan dari salah satu zaman para rabi yang menjelaskan reaksi orang Yahudi terhadap penghinaan yang dilakukan bangsa Romawi kepada kedaulatan bangsa Yahudi.
"Ketika para anggota Sanhedrin menyadari bahwa mereka telah kehilangan hak atas kehidupan dan kematian, timbullah rasa ketakutan yang luar biasa di antara mereka; mereka menutup kepala mereka dengan abu dan tubuh mereka dengan pakaian compang camping, sambil berseru, "Celakalah kita, karena tongkat kerajaan sudah disingkirkan dari tengah-tengah Yehuda, dan Sang Mesias belum tiba."
Reaksi yang ditunjukkan oleh orang-orang Yahudi tersebut adalah reaksi yang biasa dilakukan apabila seseorang berada dalam kedukaan yang luar biasa. Mereka percaya bahwa nubuatan Yakub atas Yehuda telah dibatalkan oleh pemerintahan Romawi. Segera setelah tongkat kerajaan tersebut disingkirkan dari Yehuda maka tidak mungkin lagi bagi Mesias untuk datang menyelamatkan Israel. Inilah yang menjadi kedukaan luar biasa bagi orang-orang Israel.
Apa yang luput dari perhatian mereka adalah bahwa beberapa mil dari Yerusalem, di sebuah daerah kecil yang bahkan tidak masuk peta kekuasaan kerajaan Romawi, di Nazaret, seseorang anak laki-laki sedang bertumbuh dewasa. Dialah penggenapan dari janji Allah, melalui Yakub kepada Yehuda. Ya, Dialah Yesus, Shiloh yang dinanti-nantikan itu. Mesias sudah datang sebelum tongkat kerajaan diambil dari Yehuda.
Sampai hari ini pun, bangsa Israel masih menanti-nantikan Mesias yang dijanjikan tersebut. Selain itu, Bait Allah di Yerusalem sudah dihancurkan oleh Jenderal Titus dan Vespanius. Sampai sekarang bangsa Israel tidak dapat lagi membuktikan diri mereka sebagai keturunan suku Yehuda, yang merupakan persyaratan mutlak bagi kelahiran Sang Mesias.
Ketiga, Silsilah dalam Injil Matius dan Lukas membuktikan bahwa Yesus adalah anak Daud. Hal ini sangatlah penting karena Perjanjian Lama memuat banyak nubuatan yang mengidentifikasikan Mesias sebagai keturunan Daud. Orang-orang Yahudi sangat mengetahui hal ini. Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus bertanya kepada orang-orang Farisi,"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah dia? Kata mereka kepadaNya : "Anak Daud".
Jadi sangat jelas sekali bahwa bangsa Yahudi mengetahui bahwa Mesias harus dilahirkan dari garis keturunan Daud. Selain itu, dari ayat tersebut kita juga mengetahui bahwa Yesus secara tidak langsung menegaskan bahwa diriNya adalah anak Daud. Dengan meng-klaim seperti itu artinya bahwa Yesus menjadi sasaran langsung bagi para pengeritiknya. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang sangat menjaga tradisi leluhur mereka, termasuk di dalamnya adalah memelihara catatan-catatan silsilah keturunan mereka. Akan sangat mudah bagi orang-orang Farisi atau penentang Yesus untuk membuktikan bahwa Ia adalah Mesias palsu. Tapi ternyata mereka tidak mampu. Pada ayat ke-46 di Injil Matius pasal 22, jelas tertulis bahwa orang-orang tersebut terdiam oleh klaim Yesus.
Kesimpulan dari 3 (tiga) parameter pembuktian di atas adalah bahwa catatan silsilah membuktikan bahwa Yesus adalah benih Abraham, Ia berasal dari suku Yehuda dan Ia adalah keturunan Daud. Yesus-lah yang menggenapi semua persyaratan untuk Sang Mesias yang dijanjikan.
Ketiga, Silsilah dalam Injil Matius dan Lukas membuktikan bahwa Yesus adalah anak Daud. Hal ini sangatlah penting karena Perjanjian Lama memuat banyak nubuatan yang mengidentifikasikan Mesias sebagai keturunan Daud. Orang-orang Yahudi sangat mengetahui hal ini. Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus bertanya kepada orang-orang Farisi,"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah dia? Kata mereka kepadaNya : "Anak Daud".
Jadi sangat jelas sekali bahwa bangsa Yahudi mengetahui bahwa Mesias harus dilahirkan dari garis keturunan Daud. Selain itu, dari ayat tersebut kita juga mengetahui bahwa Yesus secara tidak langsung menegaskan bahwa diriNya adalah anak Daud. Dengan meng-klaim seperti itu artinya bahwa Yesus menjadi sasaran langsung bagi para pengeritiknya. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang sangat menjaga tradisi leluhur mereka, termasuk di dalamnya adalah memelihara catatan-catatan silsilah keturunan mereka. Akan sangat mudah bagi orang-orang Farisi atau penentang Yesus untuk membuktikan bahwa Ia adalah Mesias palsu. Tapi ternyata mereka tidak mampu. Pada ayat ke-46 di Injil Matius pasal 22, jelas tertulis bahwa orang-orang tersebut terdiam oleh klaim Yesus.
Kesimpulan dari 3 (tiga) parameter pembuktian di atas adalah bahwa catatan silsilah membuktikan bahwa Yesus adalah benih Abraham, Ia berasal dari suku Yehuda dan Ia adalah keturunan Daud. Yesus-lah yang menggenapi semua persyaratan untuk Sang Mesias yang dijanjikan.