“AKU ADALAH AKU”
Terkadang
latar belakang Yahudi Yesus sering dilupakan oleh orang-orang Kristen. Potret
Yesus kebanyakan sudah terdistorsi dengan semua hal yang berbau barat. Hal yang
lain adalah berhubungan dengan perkembangan dunia politik internasional selama
40 tahun terakhir, khususnya di Timur Tengah. Pertikaian antara bangsa Israel
dengan tetangga mereka, bangsa Arab dan Palestina, mempengaruhi pandangan
orang-orang Kristen akan Yahudi. Berita-berita internasional selalu mengarahkan
kamera dan pena mereka kepada Israel yang selalu digambarkan kejam dan tidak
berperikemanusiaan kepada bangsa Palestina. Hal ini membuat orang-orang Kristen
selalu menghindarkan diri dari kenyataan bahwa Yesus adalah seorang yang lahir
dari keluarga Yahudi dan tumbuh besar di antara adat-istiadat dan kebudayaan
Yahudi. Orang-orang Kristen takut dicap sebagai antek-antek zionis Israel yang
Yahudi. Tetapi tragisnya hal itu malah membuat Yesus semakin jauh dari akar
Yahudinya yang tentu saja mengaburkan asal-usul keyahudianNya.
Mengapa
saya menyinggung hal ini dalam bahasan saya mengenai Ketuhanan Yesus?
Karena
klaim Yesus mengenai keilahian diriNya berhubungan langsung dengan apa yang
diyakini dan dipercayai oleh bangsa Yahudi selama ribuan tahun.
Kita
akan mencoba untuk mempelajari sebuah perkataan Yesus, di mana sebanyak 30
kali, Rasul Yohanes, menuliskannya dalam Injilnya, Yohanes. Perkataan tersebut
adalah “EGO EIMI”, dalam bahasa Yunani atau diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris sebagai “I AM” dan “AKU adalah” atau “AKULAH” dalam bahasa Indonesia.
Menurut
beberapa sumber kuno, Rasul Yohanes, di masa tuanya ketika tinggal di Efesus,
diminta oleh para penatua di Asia untuk menuliskan “Injil yang rohani” ini
untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian, dan keilahian
Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi yang bernama Cerinthus. (Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, 2002, hal. 1695)
Sekali
lagi tulisan dari Ajith Fernando dalam bukunya Supremasi Kristus menjelaskan
perkataan “EGO EIMI” dengan baik.
Ajith
Fernando menulis, ”Dalam bahasa Yunani, akhiran verba beragam menurut
subjeknya. Hal ini jarang terjadi dalam bahasa Inggris dan juga bahasa
Indonesia, tetapi kata “am” adalah salah satunya. Saat anda melihat kata “am”,
anda tahu pasti subjeknya “I”. Hal ini selalu terjadi dalam bahasa Yunani.
Tetapi dalam bahasa Yunani, penggunaan subyek dalam kalimat bukan keharusan
jika subyek tersebut sebuah pronomina (kata ganti orang) seperti “I” atau “he”
atau “we”. Sehingga kalimat seperti “I am the bread” cukup dikatakan “Am the
bread” dalam bahasa Yunaninya. Tetapi jika anda memberikan penekanan tentang
subyeknya, barulah anda menggunakan kata ganti tersebut. Yohanes melakukan hal
ini sebanyak 30 kali dalam pernyataan “I AM”-nya Yesus. Kita bisa mengatakan
bahwa Yohanes melakukannya untuk memberikan penekanan khusus.” (Supremasi
Kristus, hal 36)
Inilah
mengapa kita tidak hanya membaca Alkitab dalam bahasa terjemahan (dalam hal ini
bahasa Indonesia), tetapi juga harus membaca dan mempelajari Alkitab dalam
bahasa aslinya. Dalam hal ini, Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani dan
sebagian Aram, sedangkan Perjanjian Baru adalah dalam bahasa Yunani. Injil
Yohanes yang merupakan bagian dari kitab dalam Perjanjian Baru menggunakan
bahasa Yunani. Dari sana kita bisa mengerti bahwa ada maksud yang dituju oleh
penulis dari Injil Yohanes mengenai keilahian Yesus, khususnya pelajaran
mengenai perkataan “EGO EIMI”, yakni bahwa Yohanes melakukannya untuk
memberikan penekanan khusus terhadap pribadi Yesus.
Lebih
lanjut Ajith menulis, “Dalam versi terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa
Yunani atau lebih dikenal dengan Septuaginta, yang sangat populer di abad
pertama, saat para penerjemah sampai kepada kata-kata untuk Elohim, “mereka
kelihatannya berpikir bahwa kata-kata itu harus diterjemahkan berbeda dari
kata-kata untuk manusia.” Sehingga “mereka cenderung menggunakan bentuk
penegasan dengan kata ganti “I” (Leon Morris, Reflection on The Gospel of John,
vol. 2, Grand Rapids, 1987).” (Supremasi Kristus, hal. 37)
Sebelum
lebih jauh, saya akan mengajak anda untuk melihat di dalam kitab Keluaran pada
pasalnya yang ke-3. Pada pasal ini Musa bertemu dengan Tuhan di gunung Horeb
ketika menggembalakan kambing dan domba mertuanya, Yitro. Tuhan hendak mengutus
Musa ke Mesir sebagai alatNya untuk membawa keluar bangsa Israel dari
perbudakan. Musa menanyakan nama Tuhan sebagai antisipasi kalau-kalau orang
Israel menanyakan siapa nama Tuhan yang mengutus dirinya. Tuhan menjawab, “AKU
adalah AKU. Lagi firmanNya : “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu : “AKULAH
AKU telah mengutus aku kepadamu.” (Keluaran 3:14)
Dalam
terjemahan Indonesia kita tidak akan melihat dengan jelas. Oleh karenanya saya
akan menampilkan bahasa asli dari ayat tersebut dan juga dalam bahasa Yunani
(Septuaginta) :
Ibrani
:
“VAYOMER
{dan Dia berfirman} ‘ELOHIM {Elohim} ‘EL – MOSYEH {kepada Musa} ‘EHEYEH {Aku akan ada} ‘ASYER {yang} ‘EHEYEH {Aku akan ada}
VAYO’MER {dan Dia berfirman} KOH {demikian} TO’MAR {engkau harus berkata}
LIVENEY {kepada anak-anak} YISERA’EL {Israel} ‘EHEYEH (Aku akan ada}
SYELAKHANI {mengutus aku} ‘ALEYKHEM {ke atas kalian}”
Yunani
(Septuaginta) :
“KAI
EIPEN HO THEOS MOUSEN EGO EIMI HO ON KAI EIPEN AUTOS EREIS
TOIS HUIOIS ISRAEL HO ON APESTALKEN ME PROS HUMAS”
Dari
Keluaran 3:14 kita dapat mengetahui bahwa inilah nama Tuhan yang dinyatakan
oleh Tuhan sendiri kepada Musa, yaitu : EHEYEH atau oleh para penerjemah PL
Ibrani ke bahasa Yunani (Septuaginta) adalah EGO EIMI.
Kita
akan melihat beberapa terjemahan dalam bahasa Inggris :
King
James Version (KJV) :
And God said unto Moses, I AM
THAT I AM: and he said, Thus shalt thou say unto the children of
Israel, I AM hath sent me unto you.
New International Version (NIV) :
God said to Moses, “I am who I am”. This is what you are to say to the Israelites:
‘I am’ has sent me to you.’”
English Revised Version :
And God said
unto Moses, I AM THAT I AM: and he said, Thus shalt thou say unto the
children of Israel, I AM hath sent me unto you.
Kita akan
masuk pada pernyataan AKU-nya Yesus dalam Injil Yohanes. Saya akan mengambil
satu contoh saja.
Yohanes 6:35 =
“Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
tidak akan haus lagi.”
KJV : “And Jesus said unto
them, I am the bread of life: he
that cometh to me shall never hunger; and he that believeth on me shall never
thirst.”
Kita lihat dalam terjemahan aslinya :
“Eipen autois ho Iesous EGO EIMI ho arthos tes zoes....”
Kita dapat melihat bahwa Yohanes
menggunakan frasa EGO EIMI yang di mana frasa tersebut dipakai sebagai padanan
kata dari EHEYEH dalam bahasa Ibrani yang menunjuk kepada nama Tuhan sendiri.
Setelah
melihat dari terjemahan asli dalam bahasa Ibrani dan beberapa terjemahan
lainnya, kita sampai pada kesimpulan bahwa saat “Yohanes menuliskan pernyataan
Yesus dengan pronomina yang bersifat penekanan, dia sedang menggunakan ‘gaya
bahasa yang menunjukkan Elohim’. Inilah salah satu cara dari Yohanes untuk
menunjukkan bahwa Yesus lebih dari sekedar manusia biasa. Yohanes menunjukkan
bahwa kata-kata untuk Elohim pantas untuk Yesus.” (Supremasi Kristus, hal. 37)
Satu hal
terakhir yang saya mau ungkapkan di dalam tulisan kali ini adalah salah satu
perbincangan antara Yesus dengan orang-orang Yahudi di dalam Bait Elohim.
Yohanes 8 :57,58
=
Maka kata orang-orang Yahudi itu
kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah
melihat Abraham?"
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, AKU telah ada."
Dalam
terjemahan Yunaninya pada ayat yang ke-58 :
Eipen autois
Iesous Amen amen lego hymin prin Abraam genesthai EGO EIMI
KJV : Jesus said unto them, Verily, verily, I
say unto you, Before Abraham was, I AM.
Bagi orang-orang yang tidak paham dengan
keyakinan orang Yahudi, maka perkataan Yesus tersebut tidak ada pengaruhnya.
Tetapi pada masa Yesus, perkataan tersebut sangatlah kontroversial. Orang-orang
Yahudi langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Yesus sehingga mereka langsung
mengambil batu untuk melempari Yesus (Yohanes 8:59). Perkataan itu berarti bukan saja pada
waktu Abraham ada, Yesus ada; tetapi sebelum Abraham ada, Yesus sudah ada dan
sesudah Abraham tidak ada, Yesus tetap ada. Itu sebab Yohanes memakai perbedaan
tenses di sini, “Before Abraham was, I
AM.” Singkatnya, Yesus menyatakan diri sebagai Elohim yang sudah
bereksistensi dari dulu, sekarang dan selama-lamanya. Perkataan itu
terkait langsung dengan perkataan Tuhan kepada Musa dalam Keluaran 3:14 = EHEYEH
ASYER EHEYEH, EGO EIMI HO ON, I AM THAT I AM, AKU adalah AKU. Kalimat ini
menyatakan bahwa Elohim itu adalah Elohim yang kekal, yang sudah ada dari dulu,
sekarang dan selama-lamanya, Elohim yang menciptakan segala sesuatu dari tidak
ada menjadi ada. Orang Yahudi sangat mengerti bahwa kata “I AM” hanya bisa
diberikan kepada Tuhan Elohim sendiri dan kata itu sekarang dipakai oleh Tuhan
Yesus langsung, “Jesus
said unto them, Verily, verily, I say unto you, Before Abraham was, I AM.”
Setelah anda membaca tulisan ini dan dua tulisan sebelumnya, sudahkah anda menetapkan hati anda untuk mengakui dan menerima dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat? Jikalau belum, sekaranglah waktu yang tepat untuk anda untuk menyatakan pengakuan iman anda kepada Tuhan Yesus. Anda tidak tahu kapan anda akan meninggalkan dunia ini. Tidak akan ada kesempatan kedua atau ketiga atau seterusnya setelah anda meninggalkan dunia ini.
Yoel 2:32
Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan
Roma 10:9
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
Link-link untuk mempelajari Alkitab dari berbagai terjemahan :